Konflik itu Sehat, Asalkan...
01 March 2022
Tindakan Rusia yang mulai menginvasi Ukraina setelah beberapa minggu melakukan military build-up di perbatasan mengundang kecaman dari banyak pihak di berbagai belahan dunia meskipun reaksi yang muncul sebenarnya juga beragam. Ada pihak-pihak yang pro-Rusia, ada yang menyayangkan peperangan terjadi, ada yang bersikap netral, dan ada pula yang cenderung tidak peduli, terlebih di tengah kondisi seperti sekarang ini, di mana rasanya sudah banyak penderitaan dan kesulitan yang orang-orang alami sejak pandemi Covid-19 terjadi di seluruh dunia. Haruskah konflik baru antarnegara ini menjadi tambahan beban pikiran kita?

Perseteruan dua kubu yang saling 'gontok-gontokan' memang bukanlah hal baru dalam hubungan luar negeri antarnegara. Rusia yang terancam NATO dan Ukraina yang terancam akan invasi Rusia akhirnya menjadi contoh yang paling nyata saat ini. Ketika ada satu pihak yang merasa dirinya terancam, otomatis pihak tersebut akan mengambil sikap defensif atau mempertahankan diri, dan ini adalah hal yang wajar. Malahan dapat dikatakan bahwa sikap mempertahankan diri ini menjadi salah satu outcome yang positif dari adanya konflik. Mengapa demikian?

1. Adanya konflik membuat kita merefleksikan diri

Saat kita tahu bahwa ada 'threat' atau ancaman di depan mata,  kita menjadi lebih waspada akan kondisi saat itu. Kita juga cenderung melihat ke dalam diri dan mengindentifikasi kira-kira apa saja 'our weaknesses' atau kelemahan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak lawan dan kemudian memikirkan strategi untuk memperbaikinya demi mempertahankan diri. Adanya 'threat' membuat kita lebih bersiap untuk segala kemungkinan yang bisa terjadi.

2. Adanya konflik membuat kita semakin solid

Adanya konflik juga dapat memperkuat rasa solidaritas antara anggota suatu kelompok karena mereka merasa memiliki identitas yang sama dan harus bekerja bersama-sama untuk menghadapi ancaman dari luar kelompoknya. Sebagai contoh, pemerintah Ukraina yang setelah menghadapi invasi dari Rusia mulai merekrut dan memberikan senjata secara gratis bagi para pemuda negaranya yang mau ikut berjuang membela negara mereka.

3. Adanya konflik membantu kita semakin bertumbuh

'What doesn't kill you makes you stronger'. Kutipan Friedrich Nietzsche yang juga menjadi salah satu judul lagu Kelly Clarkson yang paling terkenal ini sesuai sekali dengan poin terakhir dari pentingnya adanya konflik. Saat kita sedang berada di sebuah konflik, hanya ada dua kemungkinan: 'you win or you learn'. Kegagalan terjadi saat kita memilih untuk menyerah. When you win, you grow, go forward with confidence. When you lose and try to get up, that's where you learn. But when you lose, and you give up, that's when it kills you.

Konflik memang biasa dinilai sebagai hal yang patut dihindari, namun tidak selamanya konflik hanya menghasilkan hal yang negatif. Bila konflik ditangani dengan baik, tentunya banyak pula hal positif yang bisa terjadi dari adanya konflik. Lewat negosiasi dan pencarian jalan tengah, diharapkan masing-masing pihak dapat mendapatkan apa yang diinginkan sekaligus menumbuhkan rasa toleransi untuk setiap hal yang dikorbankan. Sejatinya yang masing-masing pihak cari adalah ketenangan, ketenteraman, dan rasa aman bukan?

...
Baca artikel lainnya:

Menolak Menjadi Koboi

Latte Factor

A Beautiful Mind di Tengah Konflik Ukraina

Labirin

Written by Karen Miranti
List of Authors
Subscribe
Get up-to-date information by signing up for our newsletter
Contact Us
We are happy to answer any questions you may have
Address
Sahid Sudirman Center
Jalan Jend. Sudirman Kav.86, Lantai 12
Karet Tengsin, RT.10/RW.11
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10220